Online Visitor

Tentang NanoTech877

NanoTech877 Website

Cara Masinis menjalankan KRL

Bagaimana Masinis menggerakan kereta...

Prinsip Kerja Kapal Selam

Bagaimana Kapal Selam bisa berjalan dibawah laut?

Cara membaca rasi bintang dan letaknya

Suatu rasi bintang atau konstelasi adalah sekelompok bintang yang tampak berhubungan membentuk suatu konfigurasi khusus.

Bagaimana proses terbentuk dan musnahnya suatu bintang

agaimana proses terbentuk dan musnahnya suatu bintang adalah dengan....

Wednesday, February 28, 2018

Rumus dan Cara mudah menghitung besar Skala

Skala pada peta adalah rasio antara jarak pada peta dengan jarak sebenarnya di atas permukaan Bumi. Meskipun ini benar untuk peta skala besar tepat, itu tidak benar untuk proyeksi peta permukaan lengkung Bumi.

Skala pada peta merujuk kepada rasio unit pada peta atau atlas yang bersamaan dengan jarak sebenarnya. Skala peta dapat dibedakan menjadi empat jenis; rasio terkecil, pecahan, kata, atau grafik. Skala yang ditulis dalam perkataan merupakan skala leksikal.

Peta kadangkala disebut mempunyai skala besar atau skala kecil. Skala besar mengacu pada rasio yang digunakan untuk jarak atau luas yang kecil, sehingga objek terlihat lebih besar. Sebaliknya, skala kecil pula digunakan untuk mengacu pada rasio yang digunakan untuk area yang luas.


Skala pun memiliki rumus hitung sendiri yang digunakan untuk mencari besar Skala (S) , Jarak Sebenarnya (JS), Jarak pada Peta ( JP ). Rumus yang paling mudah untuk dihapal dan di ingat adalah 
Segitiga upacara usai sekolah dengan rumus sebagai berikut.

UPACARA =  UP  = Ukuran Peta.
USAI           =  US  = Ukuran Sebenarnya.
Sekolah       =  SK = Skala Peta.
Agar mudah di ingat, gunakanlah Segitiga seperti yang ada di gambar berikut.


Contoh : 

1. Pada sebuah peta berskala 1:10.000.000, jarak antara kota A dan kota B adalah 5 cm. Berapakah jarak sebenarnya antara kota A dan kota B?

Jawab:
Jarak sesungguhnya = 5 cm / 1 : 10.000.000
= 5 cm × 10.000.000 / 1
= 50.000.000 cm
Jadi, jarak sesungguhnya antara kota A dan B adalah 50.000.000 cm atau 500 km.

2. Jarak antara kota C dan kota D pada suatu peta adalah 8 cm. Jarak sebenarnya antara kota C dan kota D adalah 160 km. Berapakah skala peta tersebut berdasarkan satuan cm?

Jawab:
Skala = Jarak pada Peta : Jarak Sesungguhnya
= 8 cm : 160 km
= 8 cm : 160.000.000 cm
= 1 : 2.000.000

Jadi, skala peta tersebut adalah 1 : 2.000.000

3.Jarak sebenarnya kota bogor dengan kota bandung 115 km dan pada peta 5 cm, Tentukanlah Skalanya!

Jawab :

skala : jarak pada peta : jarak sebenarnya
= 5 cm / 11.500.000 cm
= 1 : 2.300.000

4. Jarak sebenarnya kota P dan kota Q adalah 160 km. jika salah sebuah peta adalah 1 :2.000.000,berapa cm jarak kedua kota tersebut pada peta

Jawab :

JP = JS : S
JP = ( 160 × 100.000 ) : 2.000.000
JP = 16.000.000 : 2.000.000
JP = 8 cm

Jika kalian ada pertanyaan silahkan ajukan di kolom komentar atau bisa kalian konsultaskan di chat menu disebelah kanan website ini yang bertuliskan Chat Tab ( Chatango ).


Share:

Thursday, February 22, 2018

Sejarah dan Cara Kerja Mikroskop Elektron


Mikroskop elektron adalah sebuah mikroskop yang mampu untuk melakukan pembesaran objek sampai 2 juta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya.

Pada tahun 1920 ditemukan suatu fenomena di mana elektron yang dipercepat dalam suatu kolom [elektromagnet], dalam suasana hampa udara (vakum) berkarakter seperti cahaya, dengan panjang gelombang yang 100.000 kali lebih kecil dari cahaya. Selanjutnya ditemukan juga bahwa medan listrik dan medan magnet dapat berperan sebagai lensa dan cermin seperti pada lensa gelas dalam mikroskop cahaya.

Cara Kerja Mikroskop Elektron


Mikroskop transmisi eletron saat ini telah mengalami peningkatan kinerja hingga mampu menghasilkan resolusi hingga 0,1 nm (atau 1 angstrom) atau sama dengan pembesaran sampai satu juta kali. Meskipun banyak bidang-bidang ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dengan bantuan mikroskop transmisi elektron ini.

Adanya persyaratan bahwa "obyek pengamatan harus setipis mungkin" ini kembali membuat sebagian peneliti tidak terpuaskan, terutama yang memiliki objek yang tidak dapat dengan serta merta dipertipis. Karena itu pengembangan metode baru mikroskop elektron terus dilakukan.

Cara terbentuknya gambar pada SEM berbeda dengan apa yang terjadi pada mikroskop optic dan TEM. Pada SEM, gambar dibuat berdasarkan deteksi elektron baru (elektron sekunder) atau elektron pantul yang muncul dari permukaan sampel ketika permukaan sampel tersebut dipindai dengan sinar elektron. Elektron sekunder atau elektron pantul yang terdeteksi selanjutnya diperkuat sinyalnya, kemudian besar amplitudonya ditampilkan dalam gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT (cathode ray tube). Di layar CRT inilah gambar struktur objek yang sudah diperbesar bisa dilihat. Pada proses operasinya, SEM tidak memerlukan sampel yang ditipiskan, sehingga bisa digunakan untuk melihat objek dari sudut pandang 3 dimensi.

Sejarah Mikroskop Elektron


Seorang ilmuwan bernama Ernst Ruska menggabungkan penemuan ini dan membangun mikroskop
transmisi elektron (TEM) yang pertama pada tahun 1931. Untuk hasil karyanya ini maka dunia ilmu pengetahuan menganugerahinya hadiah Penghargaan Nobel dalam fisika pada tahun 1986. Mikroskop yang pertama kali diciptakannya adalah dengan menggunakan dua lensa medan magnet, namun tiga tahun kemudian ia menyempurnakan karyanya tersebut dengan menambahkan lensa ketiga dan mendemonstrasikan kinerjanya yang menghasilkan resolusi hingga 100 nanometer (nm) (dua kali lebih baik dari mikroskop cahaya pada masa itu).

Tidak diketahui secara persis siapa sebenarnya penemu Mikroskop pemindai elektron (Scanning Electron Microscope-SEM) ini. Publikasi pertama kali yang mendiskripsikan teori SEM dilakukan oleh fisikawan Jerman dR. Max Knoll pada 1935, meskipun fisikawan Jerman lainnya Dr. Manfred von Ardenne mengklaim dirinya telah melakukan penelitian suatu fenomena yang kemudian disebut SEM hingga tahun 1937. Mungkin karena itu, tidak satu pun dari keduanya mendapatkan hadiah nobel untuk penemuan itu.

Pada 1942 tiga orang ilmuwan Amerika yaitu Dr. Vladimir Kosma Zworykin[2], Dr. James Hillier, dan Dr. Snijder, benar-benar membangun sebuah mikroskop elektron metode pemindaian (SEM) dengan resolusi hingga 50 nm atau magnifikasi 8.000 kali. Sebagai perbandingan SEM modern sekarang ini mempunyai resolusi hingga 1 nm atau pembesaran 400.000 kali. Mikroskop elektron cara ini memfokuskan sinar elektron (electron beam) di permukaan objek dan mengambil gambarnya dengan mendeteksi elektron yang muncul dari permukaan objek.
Share:

Welcome to NanoTech877!

©NanoTech877™ @2020. Powered by Blogger.

CHAT

Partner